Selasa, 29 Juli 2008

Menuju Matahari






Solar Probe+ (Solar Probe Plus), pada akhirnya menjadi misi yang akan menerbangkan pesawat luar angkasa tanpa awak untuk mengamati matahari. NASA memutuskan, Solar Probe+ akan mengulang kesuksesan misi Phoenix yang berhasil mendarat di Mars.
Rencana meneliti matahari ini akan dilakukan pada 2015, dan akan berakhir setelah 7 tahun kedatangan pesawat itu di matahari.
Tentu tidak mungkin terlalu dekat. Karena jarak aman mendekati matahari ada di titik 7 juta kilometer atau 9 radius matahari. Pada jarak itu matahari akan terlihat 23 kali lebih besar dibandingkan yang tampak pada langit bumi.
Penahan panas pesawat angkasa berbahan karbon-komposit itu akan menahan temperatur di atas 1.400 derajat celcius dan bertahan dari semburan radiasi yang belum pernah dialami oleh pesawat sebelumnya.
saat ini, Laboratorium Fisika Terapan John Hopkins akan mendesain dan membangun pesawat bagi NASA. Desain Solar Probe+ memang telah dibuat sejak awal tahun 2005.
Pesawat ini bertenaga surya, dengan cairan pendingin di panel surya yang mengaliri listrik. Saat sinar matahari dinilai terlalu terik, cairan pendingin ini dapat mengalir menuju perisai penahan panas.
Di satelit, terdapat alat penting yang dibuat untuk merasakan lingkungan sekitar pesawat luar angkasa, seperti magnetometer, sensor gelombang plasma, detektor debu, analisis ion dan elektron, dan lain-lain.

Dua Misteri
Misi Solar Probe+ akan mencari kebenaran temperatur tinggi dari korona matahari dan kecepatan angin matahari yang membingunkan.
Jika bisa dibayangkan sebuah termometer ditancapkan pada permukaaan matahari, ia akan menunjukkan suhu 6.000 derajat celcius. Berdasarkan perkiraan, suhu itu seharusnya turun seiring dengan menjauhnya jarak dengan korona. tapi uang terjadi, atmosfer luar matahari, korona, justru beratus kali lebih panas mencapai jutaan celsius. Penjelasan mengenai temperatur tinggi itulah yang masih jadi misteri.
Sementara angin matahari memengaruhi ekor komet. Yang mengusik perhatian para ilmuan ialah bagaimana angin itu terbentuk sehingga mampu mementalkan partikel menuju seluruh sistem tata surya.
"Untuk memecahkan misteri ini, Solar Probe+ akan memasuki korona," ujar ilmuan misi itu, Lika Guhathakurta. "itulah tempat misi ini akan bertindak."
Sebelum mencapai korona, Solar Probe+ akan dilempar dengan menggunakan gaya gravitasi planet Venus.
Pesawat tak berawak ini akan mengitari Venus tujuh kali dalam enam tahun untuk mendapatkan gaya lempar sehingga mendekat ke atmosfer matahari.
Di Venus, kendati bukan misi primer, astronom akan mempelajari hal-hal baru dari planet tersebut saat Solar Probe+ dilempar menggunakan efek gravitasi Venus.
"Tentu saja masih sangat banyak yang harus dilakukan. Tapi akan sangat menyenangkan," ujar Guhathajurta.
Bagaimanapun juga, menurut Guhatakurta, misi itu akan mengeksplorasi wilayah penelitian sistem solar yang belum pernah tereksploitasi.
"Karena selama ini kemungkinan penjelajahan itu diluar pemetaan." tambahnya. Solar Probe+ adalah misi yang luar biasa, penjelajahan berikut pemahaman mendalam. Kami sudah tidak sabar memulainya." ujar Guhathakurta.*/sciencedaily.com [ica@mediaindonesia.co.id - 18062008]

0 komentar:

 

Home | Van Football | Van Music | Back To Top

Van Port All © Template Design by Van RaYen

Selamat Datang

Selamat datang di Vanportal Blog - saya senang Anda berada di sini, dan berharap Anda sering datang kembali. Silakan berselancar di sini dan membaca lebih lanjut tentang artikel yang kami susun. Ada banyak hal tentang kami, Anda mungkin akan menemukan sesuatu yang menarik.

Sepintas Tentang

Nama saya Rian, Saya seorang freelance Web Developer, Designer, Blogger. Spesialisasi pada Blogger blogs, CSS, Codeigniter, jQuery

Navigasi

Social Stuff